RSS

FILSAFAT

I. PENGERTIAN FILSAFAT
Istilah filsafat bersal dari bahasa yunani “philosophia”, dari bahasa lain yaitu jerman, belanda dan perancis “philosophy”, dalam bahasa inggris “philosophia”. Para filsuf memberi batasan yang berbeda beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Batasan filsafat dapat di tinjau dari dua segi secara etimologi dan secara terminologi.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa arab yaitu filsafah atau juga dari bahasa yunani yaitu “philosophia”. Philien yang artinya cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Jadi bisa di pahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan filsafat secara terminologi sangat beragam dikarenakan pengertian fisafat secara terminologi adalah definisi dari berbagai ahli fisafat dunia. Menurut Al-Kindi (801 - 873 M) : "Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia ... Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran".
Dan seorang filsuf adalah seorang pencari kebijaksanaan. (Karl Popper (1902-?) menulis : "semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Ada yang berpendapat bahwa hidup itu tanpa harga, karena hidup itu akan berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argumen yang terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu bahwa kalau hidup tidak akan berakhir, maka hidup adalah tanpa harga; bahwa bahaya yang selalu hadir yang membuat kita dapat kehilangan hidup sekurang-kuran gnya ikut menolong kita untuk menyadari nilai dari hidup").

II. LATAR BELAKANG FILSAFAT

1. Manusia bertanya

Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama:
“Manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar keadaan hidup manusia. Sama seperti dulu, sekarang pun rahasia tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam: apa makna dan tujuan hidup kita, apa itu kebaikan apa itu dosa, apa asal mula dan apa tujuan derita, mana kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa itu kematian, apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut, akhirnya apa itu misteri terakhir dan tak terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita, darinya kita berasal dan kepadanya kita menuju?” -- Zaman Kita (no.1), Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Sikap Gereja Katolik terhadap Agama-agama bukan Kristen, 1965.

Salah satu hasil renungan mengenai hal itu, yang berangkat dari sikap iman yang penuh taqwa kepada Allah, terdapat dalam Mazmur 8:

“Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulianya namaMu diseluruh bumi!
KeagunganMu yang mengatasi langit dinyanyikan.
Mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu berbicara bagiMu, membungkam musuh dan lawanMu.
Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang yang Kautempatkan;
apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Siapakah dia sehingga Engkau mengindahkannya? -- Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segalanya telah Kauletakkan dibawah kakinya:
kambing domba dan lembu sapi sekalian,
juga binatang-binatang di padang;
burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,
dan apa yang melintasi arus lautan.
Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulia namaMu di seluruh bumi!”

2. Manusia berfilsafat

Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.

Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan).

Filsafat mencakup sesuatu yang dapat difikirkan tentang apa, apakah, yang ada itu dan melalui apa. Filsafat berhubungan dengan apa saja yang dapat diindera yang disebut dengan Empiris, juga dengan kata lain dapat dibuktikan dengan jangkauan Pancaindera :
a. Indera Mata digunakan untuk melihat benda sehingga termasuk dalam Empiris.
b. Indera Telinga digunakan untuk mendengarkan suara sehingga termasuk dalam Empiris.
c. Indera Cium digunakan untuk menghirup bau sehingga termasuk dalam Empiris.
d. Indera Raba digunakan untuk merasakan rangsangan sehingga termasuk Empiris.
e. Indera Cicip digunakan untuk merasakan rasa sehingga termasuk Empiris.

Filsafat juga berhubungan dengan akalpikiran, dapat dibayangkan, logis atau rasional dan rasa hati. Rasa hati mencakup :
a. Pembebasan ( free ): rasa melepas/menghindari dari tekanan atau benturan baik bersumber peristiwa atau bayangan piukiran.
b. Penimbangan ( Laras/balance ) : apa yang dipandang seimbang, maksudnya rasa-nya mempersamakan bobot atau berat atau nilai dengan memasukan sifat kesucian penciptaan Ilahi.
c. Penikmatan ( nikmat sejahtera ) : merasakan dengan mengingat, menemukan, memikirkan kemurahan, kebaikan dan keadilan sang Maha Pencipta dalam penciptaan segala sesuatu sehingga dirasakan syukur yang semakin terasa mendalam menembus pusat, puncak dan kesempurnaan nikmat bahagia dan sejahtera.
d. Penenangan ( tenang damai ) : menemukan titik pusat tumpuan dan menguatkan kedamaian dalam diri dengan menguatkan ingatan kebaikan pencipt segala sesuatu hingga terlupakan segala ingatan duniawi.
e. Pengenalan ( kenal sambung ) : bertanya, melihat, berfikir dalam hati. Tentang tanda tanda kebesaran Tuhan.

Apa saja yang di temuka rasa hati adlah hakekat dari setiap sesuatu sebagai hasil dari pengabdian ,pemberian, pengorbanan, kerinduan, dan kecintaan terhadap sumber kenikmatan dan kekuatan sejati.

Karya besar akal hati
a) Puncak keutamaan pembicaraan menyeru ke jalan Tuhan pencpta.
b) Puncak nilai amal perbuatan
c) Puncak nilai harta tertinggi yang dapat di raih ujungnya/ kesabaran

Iman-islam- iksan
a) Kekuatan nilai iman meleburkan nilai dunia empiris menuju nilai akhirat, kegaiban rahmat dan syukur
b) Kekuatan nilai amal perbuatan meleburkan harapan upah dari makluk dalam pengabdian diri kepada siapapun, apapun, dan kapanpun dengan menguatkan harapan upah hanya dari Tuhan YME dalam bentuk apapun diberikan-NYA
c) Nilai tertinggi keberhasilan=nikmat syukur.

Tingkat keberadaan:
a) Keberadaan empiris
b) Keberadaan emaginatif-rasional
c) Keberadaan dan kebenaran rasa hati(kebebasan, kemerdekaan (otonom), ketenangan, kenikmatan, kedekatan atas dasar rindu dan cinta dengan Tuhannya.




III. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
1. APA-KAH?......................... Ontologi
2. BAGAIMANA-KAH?..........
3. DIMANA-KAH?................. Methodologi
4. KAPAN-KAH?...................
5. MENGAPA-kah?................ Axiologi

IV. KARAKTERISTIK FILSAFAT
a) Kritis = segala sesuatu di pertanyakan. Bahkan pertanyaan itu sendiri di pertanyakan.
b) Sistematik dan Rasional = pertanyaan disusun secara berjenjang, runtut, dan tersambung-susun secara logis
c) Mendalam = pertanyaan terus di ajukan terhadap setiap jawaban hingga tuntas sampai ke akarnya..
d) Radikal = pertanyaan yang di ajukan sering bersifat antitesa(pertanyaan menggugurkan)
e) Fundamental = pertanyaan di jaukan sampai ketingkat yang sangat esensial atau hakiki.
f) Spekulatif = Cara yang ditempuh untuk memperoleh kebenaran di lakukan secara spontan dengan segala resiko.
g) Anti Statusquo = Karena pangkal filsafat adalah pertanyaan, setiap jawaban yang diperoleh selalu di pertanyakan untuk mendapatkan alternatif jawaban yan lebih baik.

Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan).

Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran".

Secara singkat, filsafat mencakup “segalanya”. Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan; disebut “sebelum” karena semua ilmu pengetahuan khusus mulai sebagai bagian dari filsafat dan disebut “sesudah” karena ilmu pengetahuan khusus pasti menghadapi pertanyaan tentang batas-batas dari kekhususannya.

Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.

Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.

Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.

Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.

Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang akhirat, tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dan lainya. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk:

1. Filsafat tentang pengetahuan:
Obyek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran
• epistemologi;
• logika;
• kritik ilmu-ilmu;

2. Filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan:
Obyek material : eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat)
• metafisika umum (ontologi);
• metafisika khusus:
• antropologi (tentang manusia);
• osmologi (tentang alam semesta);
• teodise (tentang tuhan);

3. Filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan:
Obyek material : kebaikan dan keindahan
• etika;
• estetika;

4. Sejarah filsafat.

0 comments:

Posting Komentar